Thursday, December 3, 2009

Sajak Pecahan Uang Logam dari Sir Nuvelaa..

Ini puisi dari guru ku yg aneh and gila

awan panas terik matahari
menghentikan langkahnya mencari tempat teduh
pada pemberhentian di teras pertokoan
di sebelah gedung bertingkat mewah
bersembunyi dari incaran sinar matahari
di tepian jalan
berteduh di antara mobil-mobil bertuan
seorang ibu dan anak menggelar kain
sebagai alas antara sela-sela kosong
ember kecil warna hijau buram
tergolek lembaran uang kertas
pecahan uang logam, digenggam erat
demi seorang anak, sang ibu bertahan hidup
penyakit ganas menyerang anaknya
terpajang di kening sebuah benjolan

air matanya kian jatuh
membasahi pipi yang mulai kering
dari sengatan panasnya terik matahari
mencoba sang ibu berpindah
mencari tempat baru waktu terus berlalu,
jejak-jejak semu melewati jalan di teras pertokoan
gedung bertingkat tidak terlihat wajah
sendu sang ibu mungkin, di tempat lain.

di ujung gang yang sempit siang itu
air hujan tergenang tumpah dari langit
saat kilatan petir sambar menyambar, pekan lalu
membuat berat langkah kaki beranjak
sambil menutup sedikit kain yang melekat
di wajah, menghindari bau air warna hitam
tergenang menyatu dengan air pembuangan
menjelang mengering menahan lapar
tangisan anak itu semakin keras
sekeras kejamnya dia berada
mencoba diam walau setetes demi setetes
air mata mengalir pelan pelepas dahaga
bertahan dan bertahan selalu...
(Pekanbaru, 2006)
Novela Ridwan.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home